Bentuk-bentuk dan Perilaku Mobilitas Penduduk
00.57.00
Bentuk Mobilitas Penduduk
Mobilitas tradisional, dimana penduduk melakukan mobilitas
atas dasar untuk memenuhi kebutuhan primer terutama pangan. Aktivitas mobilitas
tradisional merupakan arus desa ke kota yang termasuk dalam pengertina
urbanisasi.
Mobilitas pra-modern, yang merupakan transisi drai mobilitas
tradisional menuju mobilitas modern. Dalam hal ini penduduk mulai melakukan
mobilitas dengan tujuan yang lebih luas bukan hanya sekedar untuk cukuppangan.
Aktivitas dari desa ke kota sangat meningkat disertai dengan mobilitas antar
kota dan juga mobilitas dari kota ke luar kota (pedesaan). Sehingga terjadi
dengan apa yang disebut urbanisasi modern. Penduduk mobilitas atau migrasi
dengan tujuan yang lebih luas termasuk kesenangan dan kenyamanan
Mobilitas modern, dimana mobiolitas penduduk telah
mmelampaui batas-batas Negara dengan berbgai macam-macam tujuan baik kegiatan
perdagangan maupun berwiraswasta.
Mobilitas canggih atau super-modern, dimana mobilitas
dilakukan telah melampaui pengertian berwiraswasta secara wajar yang dapat
dimasukkan dalam kategori berfoya-foya dengan konsumsi yang berlebihan.
Bentuk mobilitas penduduk dapat dipahami berkaitan dengan
keberhasilan dalam aktivitas ekonomi yang meliputi 2 komponen yaitu kesempatan
kerja (produktifitas) dan pendapatan (atau dana). Komponen mobilitas tersebut
dapat di pandang sebagai indikator kualitas kehidupan masyarakat.
Perilaku Mobilitas Penduduk
Perilaku mobilitas penduduk oleh Ravenstain disebut dengan
hukum-hukum migrasi sebagai berikut: Para migran cenderung memilih tempat
terdekat sebagai daerah tujuan. Faktor paling dominan yang mempengaruhi
seseorang untuk bermigran adalah situasinya memperoleh pekerjaan di daerah asal
dan kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan dan pendapatan yang lebih baik di
daerah tujuan. Daerah tujuan mempunyai nilai kefaedahan wilayah (place utility)
lebih tinggi dibanding dengan daerah asal. Semakin tinggi pengaruh kekotaan
terhadap seseorang, semakin besat tingkat mobilitasnya. Semakin tinggi pendapatan
seseorang, semakin tinggi frukuensi mobilitasnya
Penduduk yang masih muda dan belum kawin lebih banyak
melakukan mobilitas dari pada mereka yang berstatus kawin. Penduduk yang
berpendidikan tinggi biasanya lebih banyak melaksanakan mobilitas dari pada
yang berpendidikan rendah. Kepuasan terhadap kehidupan di masyarakat baru
tergantung pada hubungan sosial para pelaku hubungan sosial para pelaku
mobilitas dengan masyarakat tersebut. Kepuasan terhadap kehidupan di kota
tergantung pada kemampuan perseorangan untuk mendapatkan pekerjaan dan adanya
kesempatan bagi anak-anak untuk berkembang. Setelah menyesuaikan diri dengan
kehidupan kota, para pelaku mobilitas pindah ke tempat tinggal dan memilih
daerah tempat tinggal dipengaruhi oleh daerah tempat bekerja.
0 komentar